Ini kisah paling manis yang pernah aku rasakan, saat aku
jatuh hati, dan Tuhan mengambil bagian dalam kisah ini.
Aku pernah mencintai seseorang sebelumnya, seorang lelaki
yang penuh dengan pujian. Bijaksana, berwibawa, dewasa dan bertanggung jawab. Kami
berkomitmen, namun hikmat tidak bersamanya saat ia memutuskan merusak komitmen
kami.
Aku kecewa, aku dan hatiku
terluka. Bahkan saat itu aku merasa menyesal telah menjalani semuanya. Berdoa
bersamanya, mendoakannya, mendoakan kami. NAMUN, saat aku menyerahkan diri
kepada-Nya, saat aku menyerahkan diri untuk mengampuni, aku diberi DAMAI yang
luar biasa. Ajaib benar kuasa-Nya.
Kali ini tentang sosok imajiner, yang aku kenal hanya
sebatas hayal, namun beberapa waktu belakangan ini ada sukacita lebih karena
bukan hanya sekedar hayal, Tuhan memberikan beberapa kesempatan untuk
mem-bunga-bunga-kan hatiku. Walau ilusi.
Seakan ada banyak kembang gula warna-warni didalam
perutku, manis, lucu. Setiap saat dari hari - yang entah kapan – itu, aku bisa
tersenyum hanya dengan mengingat wajahnya, senyumnya. Ah, Tuhan! Kau membuat ku tak berhenti tersenyum.
I’m in love with Jesus.
Aku menceritakan tentang seorang pria yang hatinya sedang aku pinjam dalam
pikiranku untuk tempatku bersenang-senang. Poor me? Tentu tidak, disini,
dibagian ini inti tulisanku ini akan aku ungkap.
Aku jatuh hati dengan seseorang yang juga mencintai
Tuhanku, aku.
Aku pernah memiliki perasaan seperti ini sebelumnya,
namun kali itu aku jatuh, terpuruk karena ketidak setiaan.
Ok, wait. Sebelum di lanjut, aku mau menjelaskan pemahaman
“pacaran” menurutku sebelumnya. Menurutku
Pacaran itu adalah proses pengenalan
dan proses belajar berkomitmen yang sederhana sebelum sampai ke komitmen yang
harus dipertanggungjawabkan di depan Allah. Namun itu dalam satu rule, tidak
terpisah. Komitmen sederhana – sampai kepada komitmen yang besar
tanggung jawabnya.
Aku pernah melakukan komitmen sederhana itu sebelumnya,
and FAILED. Mungkin memang saat itu usia dan mental kami masih lemah, walau sudah
berdoa, tetap saja ada emosi yang tidak bisa di kontrol dan akhirnya mengambil alih
semuanya.
Dan inilah dia, untuk saat ini aku memilih mengasihi
seseorang di dalam doa. Aku lebih memilih bersusah-payah merayu Tuhan agar
menjadikan dia lelaki yang baik, yang hebat, yang mampu layak untuk masa depan
yang baik. Dan juga merayu Tuhan untuk menjadikan ku wanita baik, yang hebat,
yang dimasa depan nanti dilayakkan untuk menjadi wanita yang pantas mendampingi
lelaki seperti dia.
Entahlah, saat berkomitmen dengan Tuhan, semua terasa
indah. Bahkan hanya karena mengasihi sesorang dalam doa .