Laman

Kamis, 22 Januari 2015

Di Digital Library UNIMED


Di Digital Library UNIMED

Sekarang januari, aku sibuk dengan segala huruf dan angka.
Ya, skripsi, di musim akhir pendidikan S-1 ku.
Adakah peraturan tertulis tentang peraturan kegiatan dan suasana didalam perpustakaan yang dibuat dan diteliti oleh peneliti sebelumnya?
Suasana hening dengan rentetan lagu-lagu sendu maksudku, atau sederetan lagu yang menyendukan hati bahkan menciptakan suasana GALAU.

Hari ini aku melanggar peraturanku sendiri, seharusnya jam 9 sudah berngkat dari rumah untuk menuju kampus, tepatnya perpustakaan digital untuk menyelesaikan syarat menerima gelar strata satu ku, S.Pd . Tadi pagi aku di ganggu oleh seekor atau beberapa ekor tikus yang menyelinap masuk kedalam kardus berisi tumpukan file ku selama SMA. Kardus itu terletak berdampingan dngan kardus berisi barang kenanganku bersama mantan teman pacar yang masih kuharapkan sampai sekarang. Ya, disini aku memamerkan kemalanganku. Biarkan saja.

Aku sampai jam 11 siang di gedung yang lumayan mewah ini, mencari beberapa buku mengenai orang tua dan anak, aku mencari referensi yang berkaitan dengan judul skripsi ku. Ada 3 buku yang sejak 3 hari yang lalu bolak-balik aku ambil dari rak dan aku kembalikan lagi ketempatnya semula setelah selesai mengutip beberapa bari kalimat. Ini di lantai 1.

Beberapa menit kemudia ponselku berdering, terdengan suara keseruhan di seberang sana, lantai 3 tepatnya. Segera aku beranjak, menemui mereka, beberapa sahabat seperjuanganku di beberapa tahun pendidikanku di universitas ini.

Memang benar asumsi seorang anak (Pada  Mel Levine (2004:92)
“Hal paling menyebalkan di sekolah adalah waktu kita harus duduk. Membosankan. Kepala rasanya sakit kalau saya harus duduk, mendengarkan, dan mendengarkan untuk waktu yang cukup lama. Saya bias duduk, tetapi kadang-kadang ingin berjalan-jalan.”

Seperti itu rasanya jika memaksakan belajar saat sedang bersama mereka, konsentrasi buyar, yang ada hanya ingin bermain, bercanda dan tertawa. Bukan berarti mereka memberikan dampak negative, itu fungsinya mereka, membantu merenggangkan saraf.

Tapi hanya sebentar, setelah itu membubarkan diri dengan tujuan masing-masing, dan aku kembali mengetik, menarikan jariku diatas kotak-kotak gepeng di computer jinjingku ini. Cukup kurasa bahan kutipan dilantai 3itu, aku kembali ke lantai 1, meraih kembali buku itu.

Sedang asik berkutat dengan huruf, aku teringat oleh jaringan wi-fi yang terfaasilitsi disini, bukan melanjutkan mencari bahan refernsi, malah jariku sibuk mengetikkan alamat situs yang membuat hatiku ngilu.

Apakah ada pengaruh suasana sepi dan lantunan lagu sendu terhadap niat mengusik masa lalu??
Halloooo hatiku, ku harap jangan memancig air mata. Ini ruangan umum, walaupun terasa sepi disini, menangis mampu menarik perhatian.
Aaaaaaaaaaaaaaargh!
Benci sekali rasanyaaaaaa!!!!
Mengap mencintai harus sesakit ini?!!!!!
Bukan hanya menyakitiku, tapi menyakiti konsentrasiku juga! Seharusnya aku bias menambah beberapa baris kalimat lagi di bab pertama skripsiku ini, tapi karena semua kesenduan ini, kurasa hari ini cukup disini. Terimakasih.