Di Digital Library UNIMED
Sekarang januari, aku sibuk
dengan segala huruf dan angka.
Ya, skripsi, di musim akhir
pendidikan S-1 ku.
Adakah peraturan tertulis
tentang peraturan kegiatan dan suasana didalam perpustakaan yang dibuat dan
diteliti oleh peneliti sebelumnya?
Suasana hening dengan
rentetan lagu-lagu sendu maksudku, atau sederetan lagu yang menyendukan hati
bahkan menciptakan suasana GALAU.
Hari ini aku melanggar
peraturanku sendiri, seharusnya jam 9 sudah berngkat dari rumah untuk menuju
kampus, tepatnya perpustakaan digital untuk menyelesaikan syarat menerima gelar
strata satu ku, S.Pd . Tadi pagi aku di ganggu oleh seekor atau beberapa ekor
tikus yang menyelinap masuk kedalam kardus berisi tumpukan file ku selama SMA.
Kardus itu terletak berdampingan dngan kardus berisi barang kenanganku bersama
mantan teman pacar yang masih kuharapkan sampai sekarang. Ya, disini aku
memamerkan kemalanganku. Biarkan saja.
Aku sampai jam 11 siang
di gedung yang lumayan mewah ini, mencari beberapa buku mengenai orang tua dan
anak, aku mencari referensi yang berkaitan dengan judul skripsi ku. Ada 3 buku
yang sejak 3 hari yang lalu bolak-balik aku ambil dari rak dan aku kembalikan
lagi ketempatnya semula setelah selesai mengutip beberapa bari kalimat. Ini di
lantai 1.
Beberapa menit kemudia
ponselku berdering, terdengan suara keseruhan di seberang sana, lantai 3
tepatnya. Segera aku beranjak, menemui mereka, beberapa sahabat seperjuanganku
di beberapa tahun pendidikanku di universitas ini.
Memang benar asumsi
seorang anak (Pada Mel Levine (2004:92)
“Hal paling menyebalkan
di sekolah adalah waktu kita harus duduk. Membosankan. Kepala rasanya sakit
kalau saya harus duduk, mendengarkan, dan mendengarkan untuk waktu yang cukup
lama. Saya bias duduk, tetapi kadang-kadang ingin berjalan-jalan.”
Seperti itu rasanya jika
memaksakan belajar saat sedang bersama mereka, konsentrasi buyar, yang ada
hanya ingin bermain, bercanda dan tertawa. Bukan berarti mereka memberikan
dampak negative, itu fungsinya mereka, membantu merenggangkan saraf.
Tapi hanya sebentar,
setelah itu membubarkan diri dengan tujuan masing-masing, dan aku kembali
mengetik, menarikan jariku diatas kotak-kotak gepeng di computer jinjingku ini.
Cukup kurasa bahan kutipan dilantai 3itu, aku kembali ke lantai 1, meraih
kembali buku itu.
Sedang asik berkutat
dengan huruf, aku teringat oleh jaringan wi-fi
yang terfaasilitsi disini, bukan melanjutkan mencari bahan refernsi, malah
jariku sibuk mengetikkan alamat situs yang membuat hatiku ngilu.
Apakah ada pengaruh
suasana sepi dan lantunan lagu sendu terhadap niat mengusik masa lalu??
Halloooo hatiku, ku harap
jangan memancig air mata. Ini ruangan umum, walaupun terasa sepi disini,
menangis mampu menarik perhatian.
Aaaaaaaaaaaaaaargh!
Benci sekali rasanyaaaaaa!!!!
Mengap mencintai harus
sesakit ini?!!!!!
Bukan hanya menyakitiku,
tapi menyakiti konsentrasiku juga! Seharusnya aku bias menambah beberapa baris
kalimat lagi di bab pertama skripsiku ini, tapi karena semua kesenduan ini,
kurasa hari ini cukup disini. Terimakasih.